Pada awalnya
Aku hanyalah sebuah mendung syahdu dengan rona kelabu tanpa warna warni jingga. Dengan segala upaya membendung apa yang harus tumpah-itu caraku mepertahankan diri untuk tetap ada.
Hingga akhirnya
Aku temukan cemas di sudut matamu yang menantikan hujan yang tak kunjung ada. Katamu:hujan lebih menenangkan dari teduh yang ku tawarkan.
Ketahuilah
Aku terengah-engah,merupa mendung yang mendambamu dari tempat berbeda. Meski tak pernah kau lihat
Dan nyata hujanlah yang selalu kau harap.
Dan kini
Kucairkan apa yang telah kukristalkan dengan meruntuhkan segala pertahanan
Menjadi hujan paling riuh dengan segala peluh. Meninggalkan basah di beranda,menghantam keras kaca jendela sebelum hilang tak berbekas.
Sebab untukmu aku mampu membunuh diriku
Mendekap sepi hingga menemu mati
Seumpama mendung yang cair demi hujan yang kau cari
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegraan (HPK) Fakultas Syariah dan Hukum