Tentang Kami

Mengenal UKM LIMA Washilah

Beberapa perguruan tinggi di Ujung Pandang sudah sejak lama merintis penerbitan Surat Kabar Kampus. Para alumni pengurus lembaga penerbitan surat kabar tersebut berhasil mencetak jurnalis-jurnalis professional.

Sementara IAIN Alauddin Ujung Pandang saat itu, masih belum punya wadah. Awalnya, IAIN Alauddin membuat buletin yang dirintis beberapa mahasiswa bernama buletin Opini. Namun, kekuatannya masih lemah dan belum mampu bersaing dengan koran kampus lainnya

Berdasarkan banyak pertimbangan, beberapa orang aktivis Badan Pelaksana Kegiatan Mahasiswa disingkat BPKM yang saat ini disebut Dewan Mahasiswa memunculkan ide pembentukan lembaga penerbitan surat kabar kampus.

Mereka diantaranya adalah Waspada Santing, Hasanuddin, dan Laode Arumahi. Lembaga ini bernama WASHILAH yang berarti penyampai. Sebuah nama yang diberikan oleh seorang Guru Besar Ahli Hadist, Prof Dr Muhammad Syuhudi Ismail. Lembaga ini hadir dengan maksud sebagai penghubung aspirasi mahasiswa dengan pihak elit kampus saat itu. (Pendiri)

Bulan Mei 1985 menjadi tonggak awal berdirinya media Washilah yang saat itu masih berada dibawah naungan BPKM. Berbekal 300.000 rupiah dari Prof Rasdiyanah yang saat itu menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, koran washilah terbit untuk pertama kalinya. (300.000 Koran Washilah Terbit)

Sejak berdirinya Washilah hingga saat itu, ruang redaksi lembaga kuli tinta tersebut tidak menentu. Para pengurus masih berpindah-pindah tempat. Mereka pun masih menggunakan fasilitas-fasilitas milik rektorat.

Hingga pada tahun 1995, di zaman kepemimpinan Saleh Putuhena, Rektor IAIN yang ke-6, dipilihlah Yusuf AR sebagai nahkoda baru lembaga Washilah. Dalam masa kepemimpinannya, mulailah disepakati ruang redaksi yang nyaman.

Setelah pengadaan ruang redaksi terpenuhi, muncullah fasilitas lainnya, seperti: komputer. Para pengurus telah memiliki komputer sendiri untuk keperluan organisasi.

Proses kaderisasi melalui In House Training Jornalistic pun mulai diberlakukan. Para kader dibina dan dibimbing menjadi jurnalis-jurnalis kampus yang berkompeten.

Perjalanan lembaga Washilah yang dikelola mahasiswa dari masa ke masa tidak selamanya berjalan mulus. Hingga pada tahun 1998, kepengurusan Washilah mulai melemah. Tabloid yang terbit 2 bulan sekali, kini tak pernah menyapa sivitas kampus lagi. Washilah dianggap telah vakum.

Melemahnya media kuli tinta ini membuat pimpinan kampus. Saat itu Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prof Dr Bahaking Rama meminta Yusuf AR mencari kader-kader Washilah yang masih tersisa.

Dalam beberapa kali pertemuan tersebutlah Arum Spink sebagai kader In House Training Journalistic angkatan terakhir. Tahun 1999, Arum Spink diangkat menjadi Ketua Umum Washilah periode selanjutnya. Lalu muncullah: Sofyan Ashari, Arif Saleh, Hasbi AssiddiQie, dan pengurus Washilah lainnya membantu kepemimpinannya.

Washilah semakin berjaya dibawah kepemimpinan Arum Spink. UKM Washilah mengalami penambahan nama menjadi Lembaga Informatika Mahasiswa Alauddin atau disingkat LIMA. Penambahan nama tersebut dengan maksud agar washilah dapat menjadi UKM yang memberdayakan sejumlah potensi dalam diri anggota-anggotanya.

Tak lama berselang, UKM LIMA Washilah kemudian hadir dengan produk baru. Tidak hanya dibidang kepenulisan saja tetapi merambah ke bidang broadcasting. Maka muncullah Washilah FM dengan frekuensi 107,0 MHz.

Tak hanya sukses dibidang penyiaran, Washilah juga sukses dibidang lainnya, yakni bidang fotografi. Hingga di tahun 2009, UKM LIMA mengekohkan eksistensinya melalui media daring. Washilah online tayang pertama kali dengan laman washilah.com.

Hingga di usianya yang mencapai tiga dekade, kader-kader UKM LIMA telah tersebar di beberapa media massa, baik cetak maupun elektronik. Tujuan UKM LIMA untuk mencetak jurnalis-jurnalis professional pun terwujud.