Oleh : Muhammad Junaedi
Jujur saja, setiap lihat buku baru, saya merasa ingin miliki. Tapi, untuk baca, saya bukan yang ngotot. Aneh kan? Saat baca buku “rumah kertas”, karya Carlos Maria Dominguez, hal itu mengubah saya.
Buku bersampul hijau, dan ilustrasi berbentuk raja di kartu bridge. Namun, gambar raja disusun dari buku-buku. Ini telah membuat saya fokus membaca halaman demi halaman.
***
Awal cerita dibuka dengan kematian seorang Ibu dosen dari Universitas Cambridge, Blauma Lennon. Blauma ditabrak mobil dan meninggal, saat baca buku lawas Poems karya Emily Dickinson.
Muncul polemik dari kematiannya. Namun, tokoh ‘aku’ kolega dari Blauma, yang tidak pernah disebut namanya hingga akhir novel, memilih tidak terkesan dengan arah adu pendapat dari polemik itu.
Karena dia, yang akan gantikan Blauma mengajar, dan ambil alih ruang kantornya.
Pada satu pagi, dia menerima kiriman; buku, untuk koleganya, perangkonya berasal dari Uruguay. Terjemahan Spanyol The Shadow-Line karya Joseph Conrad. Sampul depan dan belakang dipenuhi dengan partikel-partikel semen.
Ternyata buku itu adalah milik Blauma, yang diberikan ke Carlos Brauer.
Singkat cerita. Rasa penasaran membawa dia cari tahu tempat tinggal Si Carlos; di Rocha, wilayah Uruguay, yang diperoleh dari si penulis, yang tidak disebutkan namanya.
Perjalanannya dimulai dari tempat lahirnya; Argentina.
Seminggu di Argentina, dia berkunjung ke toko buku lawas, di sana bertemu dengan Dinarli, yang namanya didapat dari si penulis. Dinarli kenal dengan Carlos. Namun, tidak banyak memberikan informasi.
Dinarli menyarankan untuk bertemu dengan Agustin Delgado.
Dia kontak Delgado, dan mereka janjian bertemu di rumahnya. Akhirnya mereka bertemu. Awal pertemuan mereka, pembaca diajak berkeliling di rumah Delgado, yang dipenuhi dengan buku-buku; di kamar mandi, kamar pembantu, dapur, dan kamar-kamar lainnya.
Setelah diajak berkeliling, mereka pun berbincang-bincang tentang buku; pembaca diajak mengenal lebih banyak pecinta buku, bagaimana mereka memperlakukan buku, sampai obsesi-obsesi mereka.
Salah satu obsesi pecinta buku, yang diceritakan dalam buku ini adalah mengenai pencatatan pinggiran buku; ada, yang beranggapan kalau belum ada bekasnya, berarti belum orgasme.
Panjang pembahasan mereka. Sampai-lah pada titik di mana Delgado menceritakan, rumah Carlos telah dijual, dan pindah ke Rocha.
Delgado cerita, kalau Carlos menyuruh kuli untuk memasang lantai semen, dan buku-bukunya diubah jadi batu bata.
Carlos beranggapan bahwa buku akan memberi perlindungan. Keteduhan di musim panas. Membentengi dari angin. Buku-buku adalah rumahnya. Walaupun hasilnya muram, buku buku telah berakhir dengan terdampar di pantai sepi, menjadi rumah kertas. Dia beranggapan, bahwa buku, yang dikirim waktu itu, adalah buku dari lantai rumah Carlos.
Karena rasa penasaran, tokoh utama dalam novel ini, ingin lihat langsung tempat asal buku itu, akhirnya dia pun ke Rocha. Apakah tokoh utama dalam buku ini akan bertemu dengan Carlos? Silahkan baca bukunya sendiri.
Percakapan Carlos dengan tokoh utama, yang memunculkan polemik-polemik tentang pecinta buku dibuyarkan oleh kata yang tidak dimengerti, dan beberapa kalimat, yang aneh dibaca. Mungkin karena buku ini terjemahan.
Data Buku
Judul Buku : Rumah Kertas
Penulis : Carlos Maria Domnguez
Penerjemah : Ronny Agustinus
Penerbit : Marjin Kiri
Tebal / Halaman : 12 x 19 x 1 cm / 76 hlm
ISBN : 978-979-1260-62-6
*Penulis Merupakan Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar.