HMJ PMI Bedah Gerakan Mahasiswa Pasca Kerusuhan Agustus 2025

Facebook
Twitter
WhatsApp
Pemaparan materi oleh Zulkarnain Paturuni dalam Dialog Publik yang digelar HMJ PMI di Lecture Theater ( LT) FDK, Rabu, (3/12/2025). | Foto: Washilah-Ratman (Magang).

Washilah — Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar menggelar Dialog Publik bertajuk “Refleksi Gerakan Mahasiswa Pasca Kerusuhan Agustus 2025” di Lecture Theater (LT) FDK, Rabu, (3/12/2025).

Dialog ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu aktivis mahasiswa A. Fajar Wasis, Praktisi Hukum Adhi Bintang, dan akademisi FDK, Dr. Zulkarnain Paturuni.

Narasumber pertama, Fajar, dalam pemaparannya mengatakan bahwa kerusuhan pada 29 Agustus 2025 murni bukanlah gerakan dari mahasiswa. Menurutnya, gerakan mahasiswa lahir dari konsolidasi yang bersifat kecerdasan intelektual dan emosional.

“Gerakan yang lahir saat itu didasari oleh media sosial dengan tagar ‘Bubarkan DPR’. Saya meyakini kalimat ini tidak mungkin lahir dari pemikiran mahasiswa,” ujarnya.

Sementara itu, narasumber kedua, Adhi Bintang, mengungkapkan aksi mahasiswa di bulan Agustus itu tidak mendapatkan pengawalan dari pihak kepolisian. Seharusnya kepolisian hadir dalam demonstrasi tersebut agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dicegah.

“Dalam Undang-undang, fungsi pengamanan kepolisian sangat jelas, namun mereka tidak menjalankan fungsi itu,” ucapnya.

Narasumber ketiga, Zulkarnain Paturuni, menerangkan bahwa mahasiswa harus menjadi insan-insan revolusi yang memiliki pendapat dan gagasan besar.

“Gagasan yang besar hanya lahir dari pendapat-pendapat yang diasah melalui tradisi bertutur, membaca, dan berdiskusi,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengajak mahasiswa untuk membentuk diri dalam tradisi intelektual yang kuat agar ketika turun aksi, mereka memahami arah dan tujuan yang diharapkan.

Penulis: Ratman (Magang)
Editor: Hardiyanti

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami