Washilah — Himpunan Bidikmisi KIP Kuliah (Himabip) gelar seminar pendidikan mengusung tema “Transformasi Pendidikan Nasional Dalam Mewujudkan Generasi Emas di Era 5.0” yang berlangsung di Gedung Auditorium Kampus II UIN Alauddin Makassar, Jumat (23/5/2025).
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang, diantaranya perwakilan Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan Anshar Syukur, Content Creator dan CEO Beda Baik Rijai Djamal, dan Ketua IKA Bidikmisi dan KIP Kuliah UIN Alauddin Ramli Usman.
Dalam penyampaianya, Rijal membuka sesi dengan membagikan cerita sederhana yang ia sebut ingin “menghailet” sebagai pengantar perubahan pola pikir. Ia mengisahkan tentang seorang pemuda Cina bernama Luong King, tamatan SMA yang tidak punya skill apa-apa selain menghabiskan 16 jam sehari di depan komputer.
“Karena capek digosipi tetangganya, dia coba melamar kerja. Waktu wawancara, dua pewawancara awalnya ragu karena dia cuma tamatan SMA. Tapi setelah dia duduk dan tunjukkan kemampuannya, mereka langsung terpaku,” kisahnya.
Melalui cerita itu, Content Creator tersebut menekankan bahwa di era sekarang kekuatan bukan lagi sekadar ijazah, melainkan skill dan kemampuan adaptasi.
“Jadi kalau kalian hanya andalkan jurusan kuliah tanpa kembangkan skill, masa depanmu akan tertimbun kalau tidak bertransformasi,” tegasnya.
Senada dengan Rijal, Anshar Syukur menyampaikan bahwa arah transformasi pendidikan nasional sudah masuk ke tahap Society 5.0. Dia menggarisbawahi bahwa pendidikan kini tak hanya soal teknologi, tetapi juga karakter.
“Kalau 4.0 fokus teknologi, 5.0 itu kita sandingkan dengan budaya dan karakter. Hard skill penting, tapi soft skill juga harus sejalan. Kalau tidak, kita bisa jadi pelaku bahkan korban kejahatan digital,” tuturnya.
Dirinya mendorong mahasiswa untuk terus melanjutkan pendidikan hingga S3 dan memanfaatkan peluang beasiswa, baik dalam maupun luar negeri.
“Waktunya kalian berpegang, masih ada waktu adik-adik sekalian masih S1. Jangan putus sampai di sini pendidikannya, sampai S3. Banyak beasiswa, mau dalam negeri, mau luar negeri itu banyak tersedia,” ungkapnya.
Sementara itu, Ramli Usman mengajak peserta untuk tidak terlena dengan hasil instan.
“Pemimpin hari ini pernah ada di posisi kalian. Jangan hanya lihat hasilnya, lihat prosesnya. Yang paling penting adalah keberanian untuk keluar dari zona nyaman,” pesannya.
Penulis: Nurul Emil Dayani
Editor: Hardiyanti