Washilah — UIN Alauddin Makassar resmi mengukuhkan tiga guru besar dalam Sidang Senat Terbuka Luar Biasa yang berlangsung di Auditorium Kampus II UIN Alauddin, Rabu (16/4/2025).
Ketiga guru besar tersebut adalah Prof Mardiana sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Writing, Prof Umar Sulaiman sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Sosiologi, dan Prof Rika Dwi Ayu Parmitasari sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Manajemen Keuangan.
Pengukuhan ketiganya dilakukan langsung oleh Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis dan Ketua Senat UIN Alauddin Makassar, Prof Mardan.
Dalam pidatonya, Prof Mardiana menyampaikan rasa syukur atas pencapaian akademik tertinggi yang diraihnya. Ia menekankan bahwa pencapaian tersebut bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar dalam dunia akademik. Ia menggarisbawahi pentingnya pengembangan literasi menulis, terutama dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
“Menulis bukan hanya soal keterampilan teknis, tapi soal melatih nalar, memperkuat daya kritis, dan menciptakan ruang refleksi,” ujarnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Prof Hamdan Juhannis menyebut bahwa pengukuhan kali ini merupakan salah satu yang paling inspiratif. Ia memuji ketiga pidato pengukuhan yang disampaikan para guru besar sebagai pidato yang disiapkan dengan sangat baik dan menawarkan banyak gagasan baru yang relevan dengan kondisi kekinian.
“Ini salah satu pengukuhan dengan seri pidato yang luar biasa. Sangat inspiratif, disiapkan secara matang, dan menghadirkan tawaran-tawaran kebaruan yang luar biasa,” tuturnya.
Lebih lanjut, Prof Hamdan membagi refleksinya terhadap masing-masing pidato. Untuk Prof Mardiana, ia mengutip kata-kata Al Ghazali yang menyebutkan bahwa “jika kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama, maka menulislah”. Menurutnya, tulisan adalah cara untuk membentangkan diri ke dunia.
“Saya tersadar bahwa menulis bisa memperpanjang usia, menghambat ketuaan, dan bahkan menunda kematian. Sayangnya, pidato Prof Mardiana belum menyentuh isu mengapa anak muda sekarang makin malas menulis dan membaca panjang,” ujarnya.
Sementara itu, pidato Prof Umar disebut berhasil menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam membentuk mahasiswa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak secara sosial.
“Beliau menegaskan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak cukup, tapi juga kecerdasan sosial sangat dibutuhkan,” tambahnya.
Untuk Prof Rika, Rektor menyoroti konsep “hijrah keuangan” yang menurutnya merupakan tawaran menarik. Ia menyebut bahwa dalam kehidupan, kepuasan finansial juga menjadi hal yang penting selain kepuasan lahir dan batin.
“Yang saya pahami selama ini hanya kepuasan batin dan lahir, ternyata ada juga kepuasan keuangan yang sangat penting dalam kehidupan,” ungkapnya.
Menutup sambutannya, Prof Hamdan memberikan pesan moral kepada para guru besar yang dikukuhkan untuk terus menjaga kerendahan hati dan mengontrol ego intelektual.
“Ego intelektual jika dibiarkan berada di level tertinggi, maka lima volume kehidupan lainnya akan turun ke titik terendah. Tapi jika ego diturunkan, volume positif lainnya seperti ketenangan, kebijaksanaan, dan keberkahan akan naik ke atas,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya memanfaatkan tiga aspek utama dalam hidup: pengetahuan, waktu luang, dan uang.
“Jika kita punya salah satunya, gunakanlah dua yang lain untuk mendukungnya,” pungkasnya.
Penulis: Nur Rahmadani Lira
Editor: Hardiyanti