Washilah – Literasi menjadi salah satu penunjang dalam kemajuan suatu bangsa. Namun, di Indonesia literasi masih menjadi isu yang terus diperbincangkan. Bagaimana tidak, jika kita melihat dari data UNESCO maka dapat kita lihat bahwa minat literasi masyakat Indonesia hanya 0,001% dimana 1000 masyarakat Indonesia, hanya 1 diantaranya yang rajin membaca.
Hal ini sangat disayangkan karena seharusnya literasi sudah menjadi budaya oleh suatu bangsa. Oleh karena itu, hal ini harusnya bisa mendapat perhatian serius baik dari masyarakatnya sendiri maupun pemerintahannya yang akan memberikan fasilitas.
Membahas terkait literasi yang menjadi salah satu penunjang kemajuan suatu bangsa, Indonesia sendiri dicanangkan akan menjadi Indonesia Emas pada tahun 2045.
Lalu, dengan minimnya budaya literasi di negara kita apakah Indonesia Emas 2045 akan menjadi sebuah realitas atau hanya menjadi sebatas mitos?
Saya rasa, semua ingin yang terbaik untuk negara kita, lalu apa yang harus dilakukan dalam menghadapi dinamika tersebut. Semua elemen bangsa harus memiliki kesadaran mengenai hal ini.
Pertama, Orang tua memiliki andil diawal dalam memperkenalkan buku terhadap anaknya. Buku yang diberikan dapat berupa buku cerita atau dongeng yang dapat membentuk kepribadian dan mengembangman imajinasi mereka.
Kedua, Sekolah memilik andil selanjutnya dalam menyediakan pendidikan yang dialektis dimana dalam ruang belajar tak hanya guru saja yang memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat namun anak juga harus didorang untuk menyampaikan gagasan yang mereka miliki. Sekolah juga harus bisa memberikan fasilitas literasi seperti menyediakan perpustakaan dengan bahan baca yang sesuai dan mendukung akademik anak.
Terakhir, Pemerintah. Para pemimpin negara memiliki tanggung jawab dalam kepekaan untuk melihat kondisi dalam masyarakat. Terutama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 harusnya Pemerintah lebih serius dalam mengkaji konteks literasi.
Sekali lagi saya rasa literasi bukan hanya menjadi beban salah satu oknum saja, tetapi itu merupakan tanggung jawab kita bersama.
Penulis: Hulwana Ahsyani
Editor: Sriwahyuni