Sial yang Menyenangkan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Foto: Dok. pribadi Rahmat Rizki

Oleh: Rahmat Rizki

Di Sore yang nahas itu, kau mengubah pelik menjadi bunga-bunga

Arloji rusak yang kukenakan kembali menyala, ia menolak mati, jarum detiknya berdetak tegas, menghitung cantikmu yang terus bertambah

Tak ada hari yang paling sial dibanding sore itu
Sial, sebab kepalaku mendengungkanmu
Aku tak bisa meregasmu dari dengung di kepalaku

Sial, sebab ribuan kata hanya memantulkan dirimu, ia berkata—cinta dan kehidupan
Ini adalah kesialan, yang sama sekali tak ingin kuhilangkan
Sungguh kesialan yang menyenangkan

*Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami