Aku Cantik dengan Cara yang Berbeda

Facebook
Twitter
WhatsApp
Ilustrasi : Istimewa

Oleh : Muthmainnah Azis

Sejak lahir, warna kulitku sudah menjadi esai tetangga-tetanggaku. Kulit gelap menciptakan takdir pemiliknya dihakimi segerombolan manusia yang telah mengadopsi obsesi, serakah dan fanatisme. Cantik yang ditafsirkan hanya pada tentang warna kulit, bentuk wajah dan berat serta tinggi badan. 

Kecemasan telah melekat dalam nalar, aku cemas akan menjadi perempuan yang sibuk mempercantik wajah hanya untuk memenuhi nilai keindahan yang akan dilihat orang-orang buta pikir. Aku cemas akan menjadi perempuan falasi yang menganggap diriku cantik hanya apabila banyak orang-orang yang memuji keindahan wajah dan tubuhku. Bahkan menganggap diri adalah benar-benar perempuan hanya saat menjadi cantik.

Realitas kecemasanku, aku perempuan dengan kulit gelap, radang jerawat yang memenuhi wajah, serta bentuk tubuh yang tak sempurna. Merasa miris pada kelakuanku yang kadang memaki noda-noda fisikku. Nyaris tak ada lagi ruang yang disediakan untuk memuji diriku sendiri. Aku telah menghakimi tubuhku di atas dangkalnya cara berpikirku memaknai cantik.  

Nyatanya, kecenderungan memaksakan diri mengejar nilai kecantikan yang mematok hanya pada standar keindahan wajah dan tubuh telah menjadi kultur perempuan. Pikir yang seringkali berbenturan dengan keinginan adalah saat terjebak pada pertanyaan, jika tak cantik kelak aku akan menjadi apa? Nyatanya, aku tetaplah perempuan. Maka seharusnya aku, kamu, mereka dan kita perempuan sudah harus sadar.

Aku perempuan, aku cantik dengan versiku sendiri, aku cantik dengan prestasiku, karyaku, dan keberanianku. Tentang aku, perempuan yang menjadi diri sendiri, ingin terus belajar, menghargai dan percaya pada proses setelah menjadi perempuan cantik dengan semua hal itu. Aku cantik dengan caraku yang berbeda. 

*Penulis merupakan Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Ilmu Politik  UIN Alauddin Makassar

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami