Inaugurasi PMH: Lakon ‘Oligarki Berkedok Demokrasi’

Facebook
Twitter
WhatsApp
Penampilan teater bertajuk “Oligarki Berkedok Demokrasi" di inaugurasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar. | Foto : Khalifah Thahirah

Washilah – Ruangan penuh sesak manusia yang tengah duduk melantai di Gedung Adaraen tiba-tiba gelap. Lampu dimatikan. Tak lama setelahnya, nyala lampu sorot mengarah tepat pada seseorang lelaki di atas panggung. Ia tengah sibuk memainkan gawainya di kursi kantor.

Lelaki itu berpakaian rapi, setelan jas lengkap. Kacamata hitam terpasang menutupi kedua matanya. 

Selang beberapa waktu, seorang laki-laki berkemeja cokelat berkali-kali mengetuk pintu dengan keras. Sesekali ditambah teriakan.

Mereka berbincang membahas pembebasan lahan untuk proyek pembangunan.

“Siap bos, asalkan saya juga dapat bagian,” ucap lelaki yang berpakaian rapi.

Laki-laki berkemeja cokelat pun meninggalkan ruangan.

Beberapa waktu tanpa kepastian, laki-laki berkemeja cokelat kembali datang. Raut wajahnya mengkerut, seperti ingin marah. Ia menanyakan kembali tentang pembebasan lahan. Mereka pun berduskusi. Pria satunya melemparkan ide, membayar masyarakat dengan uang.

Lelaki berkemeja pergi sejenak lalu datang kembali. Tangannya penuh dengan uang pecahan 100 ribu.

“Urus saja, saya tidak mau tahu, bagaimana dan apapun caranya, lahannya harus segera digusur. Secepatnya!” Tuturnya dengan nada bicara yang tinggi.

Pria berjas menyuruh bawahannya menggunakan uang untuk mempengaruhi warga agar menyerahkan lahannya.

*** 

Bawahan pria berjas duduk di atas kursi kayu dengan empat penyangga bambu. Ia diangkat empat orang. Tawa ria tergambar jelas di wajahnya sembari melemparkan uang ke bawah. Berulang kali ia mengucapkan kalimat “Ambil semua uang ini!”

Enam orang pelakon yang memerankan masyarakat mengambil uang, beberapa di antaranya merangkak. Semuanya berebut uang yang berceceran.

Tak lama, empat orang mengenakan topi bangunan datang ke tempat tinggal warga yang daerahnya akan digusur. 

“Sedikit lagi, kita akan berhasil,” teriak salah satu pria yang memakai topi bangunan.

Sembilan lampu seketika menyorot delapan mahasiswa yang melakukan aksi. Dua spanduk bertuliskan “Runtuhkan menara keoligarkian di negeri ini” dibentang.

Perempuan berkerudung hitam membawa pengeras suara seraya mengucapkan kalimat “Mosi tidak percaya pemerintah, hidup mahasiswa!,” teriaknya dengan suara lantang.

Inilah pementasan teater pada Inaugurasi perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar. Ketua panitia, Amar Ma’ruf mengatakan, meskipun kegiatan dikemas secara sederhana tetapi ada makna yang ingin disampaikan.

“Demokrasi zaman ini tidak merakyat, melainkan pemerintah jadikan ini sebagai ladang profit,” ucapnya.

Penulis : Khalifah Thahirah (Magang)

Editor : Jushuatul Amriadi

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami