Berwashilah Sama dengan Kuliah Offline

Facebook
Twitter
WhatsApp
Foto bersama Keluarga kecil UKM LIMA Washilah di Permandian Air Terjun Takapala, Malino. 

Oleh : Sugiaya Selfi R

Saya Sugiya Selpi R, berkecimpung di jurusan Jurnalistik angkatan 2019. Ini kisahku yang beranikan diri merajut asa, kisah, kasih, cinta di keluarga kecil Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)  Lembaga Informasi Mahasiswa Alauddin (LIMA) Washilah hingga saya temukan 1001 manfaat berwashilah.

Pintu Masuk

Washilah merupakan media mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Awalnya, saya enggan masuk ke UKM itu. Namun, setelah berpikir dua menit, saya rasa ini akan singkron dengan jurusan saya sendiri, apalagi sekarang masa pandemi, masa kuliah online. Maka, UKM LIMA – Media Washilah lah solusinya untuk belajar dan mengais ilmu-ilmu yang dimiliki para anggota keluarga kecil itu.

Singkat cerita, setelah melewati deg-degannya screening. Syukur, saya dikabarkan lolos ke babak IHTJ bersama 14 teman kelas jurusan Jurnalistik.

Lalu, saya dikirim ke taman baca ininnawa, Kabupaten Maros sebagai lokasi In House Training Jurnalism (IHTJ) UKM LIMA, September 2020. Dari 14 teman jurusan, hanya 12 orang yang berani mengikuti babak ini. Selama tiga hari melewati babak IHTJ, berkenalan dengan anggota keluara kecil; anggota istimewa, anggota biasa, pengurus, dan 44 kawan seangkatan (Peserta IHTJ) dari berbagai prodi di UIN Alauddin Makassar.

Awalnya

Bulan pertama, masih pemanasan. diwajibkan para anak magang untuk membuat karya, tepat tanggal 28 Oktober 2020, hari peringatan sumpah pemuda, karya pertama saya sebuah puisi di hari itu terbit di website Washilah. Diikuti hari berikutnya, terbit pula sebuah tulisan tema sosial-budaya khususnya mengenai maulid nabi Muhammad Saw.

Menantang. Itulah yang saya rasakan. Untuk pertama kalinya, tulisan yang dibuat bisa jadi dilihat oleh semua orang membuat saya was-was ketika menulis. Takut ada unsur-unsur bahasa yang salah, takut gak diterima tulisannya, takut gak nyambung, dan macam-macam takut timbul satu per satu.

Kerja di bawah tekanan, tekanan dan tekanan akan menjadi modal pada masanya.

Awal magang yah masih situ-situ aja. Kajian online, tulis berita straight, opini, puisi begitulah seterusnya. Dipertimbangkan masih kajian online karena lagi marak-maraknya Covid-19.

Awalnya, boring. Ah..tidaj asik. Mencoba mengikuti alurnya namun belum ketemu ambyarnya keluarga kecil itu. Hari demi hari masih dengan suasana yang sama. Dan akhirnya setelah bercengkrama dengan pikiran dan hati selama dua menit, saya sadar. Saya mengaku taktik sosialku salah. Saya selalu menunggu  keluarga kecil itu membuka ruang histori untuk saya. Lalu, saya berpikir ” Bagaimana kalau saya yang mengisi histori di Washilah”, itulah yang saya tancapkan dalam hati ini hingga sekarang. End, i did.

Bosan Online, Offline yuk

Tiba waktunya beraktifitas kembali. Beranikan diri keluar dari rumah dan bercengkrama lagi dengan lingkungan. Ke Samata, dengan izin mau kuliah offline. Tidak seluruhnya bohong, karena memang niatnya mau berwashilah. Tidak untuk bermain tapi betul-betul ingin belajar, yah setidaknya pengganti kelas Jurnalistik.

Di jurusan belajar kejurnalistikan,namun sekadar teori sejak berlakunya kuliah online. Fakta itu yang saya dapat. Untungnya karena saya berwashilah, saya dapat pula teori kejurnalistikan plus praktiknya. Mulai dari kajian teknik menulis berita, teknik videografi, teknik fotografi, dan desain dengan dibarengi praktik atau simulasi, dan itu dilakukan secara langsung/Offline. Bagi saya, itu bagus karena menjadi tolok ukur sampai di mana tingkat kepahaman teori dan prakteknya.

Alhasil, ada sedikit ilmu yang saya dapat di Washilah. Saya sedikit tahu membuat TOR Liputan, menulis berita stright, hingga indepth report, tahu teknik wawancara, tahu seperti apa itu rapat kajian isu, rapat proyeksi, rapat redaksi hingga tau cara membuat tahu krispi untuk galang dana.

Saya rasakan manfaat ilmu itu ketika tiba waktunya salah satu dosen jurnalistik memberikan penugasan melakukan wawancara, membuat berita video, membuat berita stright hingga membuat berita feature. Wah…enak betul. Saya merasa gembira sekali. Bagiku tugas ini sangat mudah karena sudah terbiasa melakukannya di Washilah. Akhirnya, saya tuntaskan semua penugasan itu dengan lancar berkat ilmu yang saya dapatkan selama kuliah offline di Washilah. Bagiku, berwashilah sama dengan kuliah offline.

Ini kisah saya berwashilah. Sampai sini saja. Nantikan cerita selanjutnya di kamu. Ayo, berwasilah.

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami