Korean Wave : Budaya Operasi Plastik

Facebook
Twitter
WhatsApp

Karya Nur Mustaqimah
Illustrasi
            Korea merupakan salah satu Negara di Asia yang memiliki kemajuan yang amat pesat selain Jepang dan China. Budayanya yang kebanyakan diperkenalkan lewat seni, benar-benar dengan cepat dikenali dan merebak di banyak Negara, sebut saja hanbok, pakaian tradisional Korea dan hangoel, abjad Korea, yang  smuanya telah dikenal oleh orang luar Korea. Bahkan bahasa Korea menjadi bahasa yang menarik perhatian orang banyak dan semakin lama semakin menjadi salah satu pilihan bahasa yang dijadikan bahasa sehari-hari selain bahasa Inggris.
 Kata seperti “Annyeong” yang berarti halo atau “sarang” yang berarti cinta sudah tidak asing lagi di telinga kita. Keinginan untuk mengetahui semuanya itu adalah tidak lain karena keinginan para fan yang begitu ingin lebih banyak tau mengenai idola mereka yang berasal dari Negara ginseng tersebut, seperti boyband dan girl band Super Junior, Big bang, Shinee, FT Island, SNSD, 2NE1, TVXQ, dll, yang semakin mendunia bahkan sudah sampai di Eropa. Salah satu bukti tentang ini adalah suksenya show yang diadakan oleh SM Entertaiment, salah satu label music di Korea di beberapa Negara di Eropa, sebut saja London dan  Prancis. Ini merupakan suatu kebanggan bagi penduduk Asia.
            Korea sulit dipisahkan dengan kecantikan dan ketampanan masyarakatnya, utamanya yang berkecimpung di dunia keartisan. Semuanya tampak langsing, putih, berkaki jenjang, hidung mancung dan kelopak mata yang indah. Inilah salah satu penyebab semakin dieluk-elukkannya idola asal Negara ginseng tersebut, semuanya tampak terlihat sempurna dari segi fisik.
            Berbicara mengenai kecantikan, masyarakat Korea memang memiliki sebuah budaya yang bahkan menduduki peringkat pertama di dunia yang membuktikan bahwa warganya sangat peduli dengan penampilan fisik mereka, budaya ini tidak lain adalah budaya operasi plastic yang sudah sangat biasa bagi mereka. Di Korea, iklan-iklan tentang operasi plastik ada di hampir setiap ujung jalan. Apalagi di reality show atau sejenisnya banyak yang menyinggung tentang operasi plastik ini, sehingga hal yang sering terdengar itu akan menjadi sesuatu yang dimaklumi.
             Jangan kaget jika kita sering menemukan klinik-klinik kecantikan di hampir semua tempat di Korea Selatan. Yang lebih hebatnya lagi pemerintah juga mendukung kegiatan operasi plastik tersebut, dengan mengadakan Medical Tourism dalam salah satu paket tour ke Korea. Memang, tidak melulu operasi plastik, namun operasi plastik menjadi bagian dalam medical tourismnya. Kita tahu, operasi plastik sudah lazim dilakukan di Negara-negara maju lainnya, namun yang benar-benar dipublikasikan secara terang-terangan itu baru di Korea Selatan. 
Ada beberapa alasan mengapa ini dapat terjadi Pertama, definisi kecantikan bagi masyarakat Korea sangat tinggi. Ini disebabkan banyaknya artis-artis korea yang bertampang luar biasa. ini menyebabkan pergeseran nilai “cantik” di masyarakat Korea.
Kedua, faktor kompetisi yang tinggi di Korea. Ketatnya kompetisi di segala bidang membuat kecantikan menjadi salah satu nilai lebih yang ikut dipertimbangkan. Karena itu masyarakat Korea ingin sekali tubuhnya terlihat cantik.
Ketiga, sudah tradisi. Kebiasaan operasi plastik sudah lama terjadi dan sudah merupakan bagian dari tradisi atau kebiasaan. Tidak jarang orang tua yang menginginkan anaknya lebih terlihat sempurna dan kemudian membiayai anaknya untuk di operasi plastik.
               Operasi plastik selalu merupakan keputusan pribadi, merefleksikan kebutuhan akan pengembangan kepercayaan diri dan image tubuh. Bagi gadis-gadis Korea Selatan, ini merupakan sesuatu yang lain yang lebih dalam daripada hanya sekedar sebuah “hasrat untuk tampil lebih baik.” Operasi plastik adalah obsesi.
Bagi gadis-gadis remaja Korea Selatan, target yang paling utama adalah mengubah mata mereka yang sipit. Memiliki mata besar adalah impian setiap gadis remaja disana dan menjadi kenyataan melalui operasi seharga Rp 8 juta demi sayatan kecil untuk membuat kelopak mata tambahan.
              Jika sudah berumur 14 tahun, seorang gadis boleh melakukan operasi plastik, dan apa yang dikenal sebagai “eye job” alias pekerjaan (mem-vermak) mata, dan menjadi kado lulusan favorit dari orangtua.
Selama musim dingin saat sekolah-sekolah SMA liburan atau mempersiapkan ke kuliah atau bekerja, klinik-klinik lah yang paling sibuk. Permintaan operasi plastik yang paling banyak adalah kelopak mata, tapi operasi hidung juga menjadi populer di populasi remaja disana.
                Seorang gadis bernama Hang Mioku, gadis berusia 28 tahun yang melakukan operasi plastic di Jepang. Awalnya operasi yang ia lakukan berhasil, tapi Hang Miouku kembali lagi melakukan operasi plastic karena tidak puas dengan hasil operasi plastic yang pertama. Karena ia ketagihan untuk melakukan operasi plastic, hingga akhirnya wajah yang sebelum melakukan operasi plastic, berakhir dengan wajah yang menyeramkan. Namun anehnya, gadis ini selalu menganggap kalau wajahnya Nampak cantik. Kenyataannya orang-orang melihat wajah gadis ini seperti monster. Akibatnya, dokter-dokter tak sanggup untuk menangani operasi plastic ke sekian kali untuk gadis ini.
Dokter-dokter juga beranggapan bahwa gadis ini mengalami gangguan jiwa. Selain itu, Hang Mioku melakukan eksperimen terhadap wajahnya sendiri. Hang Mioku belajar dari seorang dokter kecantikan tentang bagaimana caranya melakukan suntik selikon. Akhirnya Mioku pun sering menyuntikkan selikon ke wajahnya, alih-alih ia menjadi cantik, yang ada wajahnya tambah parah. Dan yang tidak habis pikirnya lagi, gadis ini menyuntikan minyak goreng ke dalam wajahnya. Orang tua gadis inipun awalnya tidak percaya kalau putri ke sayangan mereka berubah total wajahnya, tapi setelah mereka melihat sendiri. Mereka hanya sedih dan merasa kasihan terhadap putri mereka. Akhirnya orang tua Mioku membawa Mioku untuk berobat, tapi pengobatannya terhenti karena biaya yang di perlukan sangat mahal. Jalan akhirnya orang tua gadis malang ini, membawa sang gadis ke psikiater untuk pemeriksaan mentalnya.
              Melihat kenyataan ini, sangat menyedihkan jika wabah-wabah negative seperti ini juga merebak di remaja-remaja Indonesia yang sekarang tengah begitu mengeluk-elukkan bintang-bintang Korea. Korea memang memiliki hal-hal positif yang patut untuk dicontoh seperti profesionalisme masyarakat terhadap profesinya atau kebiasaan tertib mereka, namun perlu adanya filter untuk menyaring hal-hal negative yang tidak layak ditiru seperti budaya operasi plastik di Korea atau yang biasa disebut dengan Negara Ginseng yang berdampak negative bagi kesehatan tubuh.

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami