Kujajakan Kaus Kaki di Kampus Hijau

Facebook
Twitter
WhatsApp
Laporan | Zulkia/Magang 
Washilah online – Hari Muhammad, remaja berusia 15 tahun dan masih duduk di bangku SMA ini telah menjalani hidupnya dan berjuang tanpa adanya orang tua. Sejak umur 13 tahun Hari telah di tinggal oleh orang tuanya. Orang tuanya pindah ke Kendari dan tak pernah lagi memberi kabar kepadanya.
Setelah ditinggal pergi oleh ayah dan ibunya, Hari bekerja sebagai penjual manisan. Ia bisa mendapat uang Rp 10.000,00 perharinya. Ia melakoni pekerjaan ini selama 2 tahun. Setahun terakhir ini ia bekerja pada seseorang yang ia sebut Bos dan tinggal bersamanya di Jl. Urip Sumoharjo. Ia bekerja dengan mendagangkan kos kaki, masker dan kos tangan.
Sebelum memulai berjualan di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Hari berjualan dibeberapa kampus. Namun ia memilih pindah karena ia sering dimintai uang dari beberapa preman yang ada di kampus tersebut. Tak jarang uang yang ia kumpulkan kurang sehingga ia akan dimarahi oleh Bosnya . Biasanya para preman memintainya uang hingga Rp 100.000,00. Penghasilan yang ia peroleh perhari dapat mencapai Rp 300.000,00. Namun Hari hanya akan mendapat upah Rp 20.000,00 perharinya. Menurutnya, penghasilannya itu lebih baik dibanding saat ia bekerja menjadi penjual manisan.
Hari mengaku tetap bersekolah. Sepulang sekolah ia akan diarahkan oleh Bosnya ke kampu-kampus dengan menaiki sepeda motor. Saat pulang ia akan dijemput. Namun terkadang ia pulang sendiri dengan naik angkot. Tiap hari ia berjualan dengan membawa keranjang berisi barang dagangan.
Ia mengaku nilai sekolahnya kurang baik karena rutinitasnya setiap hari. Hari masih selalu merindukan ayah dan ibunya. Karena di kota Makassar ia tak punya keluarga lagi. Ia juga tak punya cita-cita. Saat ditanya ia hanya bingung apa cita-citanya. Namun ia memiliki keinginan untuk bisa berkuliah nantinya.

  Berita Terkait

Pencarian Berita

Lihat Arsip Kami